Drosophila merupakan salah satu marga dari Drosophilidae. Menurut Bock (1976), Drosophila merupakan marga yang memiliki jumlah paling besar bila dibandingkan dengan marga yang lainnya.
Sistematika Drosophila menurut Storer, TI, dan Usinger, RL., (1975) dalam Aini (1992) adalah sebagai berikut:
phylum : Arthropoda
kelas : Insecta
anak kelas : Pterygota
bangsa : Diptera
anak bangsa : Clyclorrhapa
suku : Drosophilidae
marga : Drosophila
Marga Drosophila masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi empat anak marga. Keterangan ini berdasarkan Bock, IR. (1982) dalam Dwi Arinto Adi (1991), yaitu:
1. Marga Drosophilla Fallen
a. Anak marga Drosophila
Contoh yang termasuk didalamnya adalah D. funebris, D. replata Woliaston, D. hydei Sturtevant, D. rubida Mather, D. sulfurigaster (duda), D. Sinuata sp. nov , D. Pseudotetrachaeta Angus.
b. Anak marga Sophopora
Contoh yang termasuk didalamnya adalah D. melanogaster Meigen, D. ananassae Doleschall, D. denticulata Bock and Wheller, D. bipectinata (duda).
c. Anak marga Hirtodrosophila
Contoh yang termasuk didalamnya adalah D. borbosor Bock, D. mixture Bock, D. bannae Bock dan Person.
d. Anak marga Scaptodrosophila
Contoh yang termasuk didalamnya adalah D. inomata Malloch, D. cancellata Mather, D. anthemon.
B. Ciri-ciri Morfologi Drosophila
Ciri-ciri umum Drosophila menurut Shorrock (1976) dalam Warsini (1996) adalah bentuk tubuhnya bulat panjang yang terbagi atas 3 bagian, yaitu kepala, dada, dan perut.
1. Kepala
Terdapat sepasang mata majemuk (mata faset), tiga mata tunggal (ocellus), sepasang antena yang terbagi atas beberapa segmen, yaitu:
a. Segmen I
Scape, kecil dan bentuknya menyempit seperti cincin mengelilingi bagian basal.
b. Segmen II
Peridicle, ukurannya agak atau lebih besar dan menggembung.
c. Segmen III
Bentuknya besar dan menyerupai bola lampu.
d. Segmen IV dan V
mengalami reduksi dan terletak dibagian basal segmen VI.
e. Segmen VI
Arista, bentuknya bercabang-cabang pada bagian ujung batang utama terdapat percabangan menggarpu.
Terdapat pula mulut yang berupa penonjolan dari bagian kepala dan berbentuk kerucut. Pipi (gena) mempunyai diameter yang berbeda pada tiap jenis. Lebar dari titik terbawah mata-garis tepi gena.
2. Dada
Terdiri atas segmen-segmen, yaitu:
a. Prothorax, terdapat kaki.
b. Mesothorax, terdapat kaki dan sepasang sayap.
c. Metathorax, terdapat kaki dan halter.
Sayap merupakan penonjolan keluar dari dinding tubuh ke arah dorsolateral. Halter atau balancer merupakan alat keseimbangan atau sensoris. Kaki terdiri atas coxa, trochanter, femur, tibia, metatarsus dan tarsus.
3. Perut
Perut terbagi atas segmen-segmen yang mempunyai pigmentasi (warna). Pada ujung abdomen terdapat ovoporitor yang digunakan sebagai pembeda antara jantan dan betina.
C. Aspek-aspek Morfologi untuk Identifikasi
Menurut Bock, IR. (1976) dalam Warsini (1996), menyebutkan beberapa aspek yang digunakan untuk proses identifikasi Drosophila, antara lain:
1. Kepala
-Perbandingan antara bagian pipi terlebar dengan diameter mata terbesar.
-Perbandingan antara lebar kepala bagian dorsal dengan panjang kepala bagian dorsal.
-Bulu mata arista, ocellar, oral, orbital, dan bulu vertikal.
-Carina terletak diantara antena.
Gambar aspek morfologi kepala Drosophila
Gambar 1. Aspek morfologi kepala: (kiri), kepala tampak lateral. (kanan) kepala tampak dorsal. (AR, arista; IV, inner vertical bristle; 01, proclinate orbital bristle; 02, anterior proclinate orbital bristle; 03, posterior reclinate orbital bristle; OC, ocellar bristle; OV, outer vertical bristle; VI, oral bristle I (vibrissa); V2, second oral bristle; PV, post vertical bristle)
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
2. Dada
a. Jumlah deret bulu acrostical terletak didepan, antara deret dorsocentral.
b. Sterno-index, yaitu perbandingan antara panjang bristle SP1 sampai dengan SP3.
c. Bulu prescutelar, scutellar, propleural, humeral, presutunal, notupleural dan bulusupralar.
Gambar aspek morfologi dada
Gambar 2. Aspek morfologi dada: (kiri), dada tampak dorsal. (Kanan), toraks tampak lateral.(ADC, anterior dorsocentral; PDC, posterior dorsocentral; PS, pescutellar; ASC, anterior scutellar; PSC, posterior scutellar; H; H2, humeral; MP, mesopleuron; NP1; NP2, notopleural; PP, propleural; PS, presutural; SA1; SA2, supraalar; SP1;SP2;SP3, anterior, tengah, dan posterior sternopleural) bristle; 1,2,3, posisi kaki depan, tengah, dan belakang.
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
3. Sayap
Aspek yang sering diperhatikan adalah indeks costal (c-indeks), a/b : indeks vena keempat (4V-index), c/d; e/f; M-index, e/d; g/(g+h)
Gambar aspek sayap Drosophila
Gambar 3. Sayap
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
4. Ukuran tubuh
Panjang tubuh ditentukan berdasarkan jumlah panjang kepala, panjang thoraks an panjang abdomen. Menurut Shorrock (1972) dalam Warsini (1996), dijelaskan pula dengan gambar-gambar tubuh Drosophila yang digunakan dalam proses identifikasi, antara lain :
- Gambar kepala tampak anterior dan dorsal
Gambar 4. a. Kepala (Tampak anterior), b. Kepala (tampak dorsal)
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
- Gambar dada tampak dorsal
Gambar 5. Dada tampak dorsal
Gambar 6. Dada tampak lateral
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
- Gambar halter tampak ventral dan dorsal
Gambar 7. Haltere, a. Tampak ventral, b. Tampak dorsal
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
- Gambar kaki Drosophila betina dan Drosophila jantan
Gambar 8. a. Kaki Drosophila betin, b. Metatarsus dari kaki I Drosophila jantan yang memperlihatkan sisir kelamin
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
- Pretarsus tampak lateral dan bawah
Gambar 9. Pretarsus, a. Tampak lateral, b. Tampak bawah
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
- Gambar ujung abdomen Drosophila jantan dan Drosophila betina
Gambar 10. Ujung abdomen, a. Jantan, b. Betina
(Sumber : Shorrock, 1972 dalam Warsini, 1996)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Penelitian mengenai ”Identifikasi Drosophila Tangkapan dari Daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo” ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif observatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini mengamati ciri-ciri morfologi dari Drosophila yang ditemukan pada ketiga daerah penangkapan serta mengidentifikasi jenis atau spesies Drosophila tersebut menggunakan kunci determinasi.
|
|
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif observatif dengan mengawinkan Drosophila tangkapan sampai diperoleh generasi ketiga (F3). Identifikasi yang dilakukan tiap generasi dengan mencocokkan ciri morfologi pada induk (parental). Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Drosophila tangkapan dari daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat pengambilan sample Drosophila pada tiga daerah, yaitu:
- Jombang → di sekitar rumah
- Malang → di sekitar rumah
- Ponorogo → di sekitar rumah
Penelitian dimulai bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di Laboratorium Genetika ruang 310, gedung Biologi FMIPA (O5) Universitas Negeri Malang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Drosophila tangkapan dari daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Drosophila yang ditangkap di sekitar rumah peneliti daerah Jombang, Malang, dan di daerah Ponorogo.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo, blender, panci, kompor gas, pisau, timbangan, botol ampul, botol selai, selang, cotton bud, spon, kertas pupasi, kain kassa, kuas, gunting, spidol transparansi, plastik, timbangan, dan baskom.
Bahan yang digunakan adalah pisang rajamala, gula merah, air, tape singkong, yeast, eter, Drosophila tangkapan.
E. Prosedur Kerja
1. Menangkap Drosophila
§ Menentukan daerah pengambilan sampel, yaitu di daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo.
§ Menyiapkan umpan untuk menangkap Drosophila, dapat berupa potongan pisang, tape, atau jenis buah-buahan yang lain.
§ Meletakkan umpan kedalam botol selai kemudian membiarkannya di tempat terbuka.
§ Apabila telah banyak Drosophila yang hinggap didalam botol selai, segera menutup botol dengan menggunakan spon atau kain kasa.
2. Membuat Medium
§ Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
§ Menyiapkan pisang 700 gram, tape singkong 200 gram, dan gula merah 100 gram
§ Mengupas, memotong, dan menimbang bahan
§ Memblender pisang dan tape yang telah ditimbang tadi serta menambahkan air secukupnya.
§ Mengiris gula merah agar mudah larut.
§ Memasukkan semua bahan kedalam panci untuk kemudian dimasak diatas kompor gas dengan api sedang selama 45 menit.
§ Setelah masak, segera memasukkan medium yang dibuat tadi kedalam botol selai dan menutupnya dengan spon.
§ Mendinginkan dengan menggunakan air rendaman dalam ember.
§ Setelah dingin, membersihkan uap air di sekeliling dinding botol dengan tissu.
§ Memberikan sedikir Yeast dan sebuah kertas pupasi kedalam botol.
3. Mengamati Drosophila
§ Mengambil Drosophila tangkapan yang diperoleh dengan menggunakan selang penyedot.
§ Memasukkan kedalam botol ampul.
§ Membius Drosophila dengan menggunakan eter dan menunggu hingga pingsan.
§ Mengamati ciri morfologi luar Drosophila yang telah dibius dengan mikroskop stereo, yaitu bagian kepalanya, badan, abdomen, kaki, sayap, dan sebagainya.
§ Mengelompokkan lalat buah yang memiliki ciri-ciri sama sedaerah.
4. Melakukan Pemurnian
§ Mengawinkan Drosophila jantan dan betina dalan satu spesies (yang memiliki ciri-ciri morfologi yang sama) ke dalam botol selai yang sudah diisi dengan medium, masing-masing botol diisi sepasang Drosophila.
§ Mengampul pupa yang telah menghitam dari hasil perkawinan Drosophila
§ Setelah pupa menjadi lalat dewasa, mengamati ciri-ciri morfologi luarnya.
§ Membuang lalat F1 yang tidak sama dengan paretal.
§ Menyilangkan sesama F yang memiliki ciri sama dengan induknya (paretal) dan begitu seterusnya sampai mendapat F3.
§ Setelah mendapat F3 mengamati fenotipnya dan mengidentifikasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperoleh dari pengamatan ciri-ciri morfologi Drosophila tangkapan yang berasal dari daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo. Pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi Drosophila dilakukan secara langsung menggunakan mikroskop stereo dan mendokumentasikan setiap ciri-ciri yang telah diamati.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data mengenai identifikasi Drosophila di daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo dengan menggunakan kunci identifikasi untuk mengetahui jenis Drosophila yang diamati berdasar ciri-ciri morfologinya.
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data
Hasil pengamatan Drosophila tangkapan dari Jombang, Malang, dan Ponorogo adalah sebagai berikut:
1. Drosophila dari Jombang memiliki ciri-ciri:
- Warna mata faset merah
- Warna tubuh coklat kekuningan
- Tubuh agak bongkok (melengkung ke arah ventral)
- Oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama
- Memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam
- Pipi sangat sempit
- Memiliki abdomen yang terdiri dari 4 segmen
- Abdomen tidak gelap dan ujung abdomen tampak pucat
- Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
- Garis-garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya
- Ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
- Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian metatarsus yang terdiri atas 5 deret bristel dan pada segmen tarsal II kaki depan berjumlah 3 deret yang tersusun secara transversal
- Femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb
- Memiliki sayap yang panjangnya melebihi panjang tubuh.
- Memiliki venasi sayap sebagai berikut:
- Gambar kepala Drosophila
- Gambar kaki beserta sex comb-nya
- Gambar ujung posterior abdomen Drosophila jantan dan betina
- Gambar garis abdomen Drosophila
2. Drosophila dari Malang
Ciri-ciri:
- Warna mata faset merah
- Warna tubuh coklat kekuningan
- Ujung abdomen lalat jantan berwarna hitam
- Vibrissae tunggal
- Oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama
- Memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam
- Pipi sangat sempit
- Diameter mata besar
- Warna abdomen kuning pucat dengan 5 segmen
- Garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya, sangat tipis
- Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
- Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian bawah metatarsus yang terdiri 1 deret bristel dan pada segmen tarsal II tanpa bristel tambahan
- Sex comb tersusun secara transversal dan miring
- Femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb
- Ujung abdomen ada Drosophila jantan terdapat kait seks
- Ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
- Memiliki venasi sayap sebagai berikut:
- Gambar kepala Drosophila
- Gambar kaki beserta sex comb-nya
- Gambar ujung posterior abdomen Drosophila jantan dan betina
- Gambar garis abdomen Drosophila
3. Drosophila dari Ponorogo memiliki ciri-ciri:
- Warna mata faset merah
- Warna tubuh coklat kekuningan
- Tubuh agak bongkok (melengkung ke arah ventral)
- Oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama
- Memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam
- Pipi sangat sempit
- Memiliki abdomen yang terdiri dari 4 segmen
- Abdomen tidak gelap dan ujung abdomen tampak pucat
- Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
- Garis-garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya
- Ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
- Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian metatarsus yang terdiri atas 5 deret bristel dan pada segmen tarsal II kaki depan berjumlah 3 deret yang tersusun secara transversal
- Femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb
- Memiliki sayap yang panjangnya melebihi panjang tubuh.
- Memiliki venasi sayap sebagai berikut:
- Gambar kepala Drosophila
- Gambar kaki beserta sex comb-nya
- Gambar ujung posterior abdomen Drosophila jantan dan betina
- Gambar garis abdomen Drosophila
B. Analisis Data
Untuk mengidentifikasi Drosophila tangkapan dari daerah Jombang, Malang, dan Ponorogo, digunakan buku kunci identifikasi Bock (1976). Pengamatan ciri-ciri fenotip Drosophila dengan menggunakan mikroskop stereo, kemudian mencatat dan menggambar semua ciri-ciri morfologi yang ada pada Drosophila yang kami amati.
Dari ciri-ciri morfologi yang didapatkan, setelah dicocokkan dengan kunci identifikasi dari buku Bock (1976) didapatkan satu spesies dari daerah Ponorogo dan Jombang yaitu sebagai berikut:
1 Oral bristel kedua lebih dari setengah panjang oral bristel pertama, hampir selalu panjang oral bristel pertama, jika vibrisa tunggal, carina besar, dengan sulkus median yang pendek................................................3
3 (1) Garis-garis apikal pada tergit anterior abdomen bersambungan, pipi biasanya sempit, tidak memiliki femoral comb (subgenus Sophophora).............................................................................................16
13 (3) Bristel dan arista hitam............................................................................14
14 (13) Jantan memiliki sex-comb yang jelas tersusun longitudinal, transversal, atau miring dengan bristel hitam kuat pada fore tarsus...........................20
20 (14) Sex-comb tersusun dalam deret transversal atau miring..........................21
21 (20) Sex-comb tersusun dalam deretan bristel yang transversal pada dua segmen tarsal pertama..............................................................................23
23 (21) Abdomen jantan pucat, semua tergit dengan garis/pita posterior yang gelap dan ramping....................................................................................24
24 (23) Sex-comb tersusun dari 5 baris bristel pada metatarsus dan 3-4 baris pada segmen tarsal kedua .................................................................anannassae
Spesies lain dari daerah Malang yang telah berhasil kami identifikasi berdasar kunci identifikasi Bock (1976) adalah sebagai berikut:
1 Oral bristel kedua lebih dari setengah panjang oral bristel pertama, hampir selalu panjang oral bristel pertama, jika vibrisa tunggal, carina besar, dengan sulkus median yang pendek................................................3
3 (1) Garis-garis apikal pada tergit anterior abdomen bersambungan, pipi biasanya sempit, tidak memiliki femoral comb (subgenus Sophophora).............................................................................................16
13 (3) Bristel dan arista hitam............................................................................14
14 (13) Jantan memiliki sex-comb yang jelas tersusun longitudinal, transversal, atau miring dengan bristel hitam kuat pada fore tarsus...........................20
20 (14) Sex-comb tersusun dalam deret transversal atau miring..........................21
21 (20) Sex-comb tersusun dalam deretan bristel yang transversal pada dua segmen tarsal pertama..............................................................................22
22 (21) Lengkung genital jantan pada sisi posterior memiliki kait yang membengkak besar, diameter mata besar......................................simulans
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil identifikasi Drosophila dari masing-masing daerah, didapatkan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa Drosophila yang ditemukan di daerah Ponorogo dan Jombang termasuk dalam spesies Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall, dan Drosophila yang ditemukan di daerah Malang termasuk dalam jenis Drosophila (Sophophora) simulans Sturtevant. Antara D. ananassae dan D. simulans memiliki banyak persamaan karena kedua spesies Drosophila ini masih berada dalan satu subgenus yaitu Sophophora. Adapun ciri khusus dari anak marga Sophophora ini antara lain:
a. Memiliki vibrisa tunggal
b. Oral bristel II lebih dari setengah panjang oral bristel I
c. Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
d. Pipi sempit
e. Tidak mempunyai femoral comb
Dalam Aini (1992) disebutkan bahwa sejauh ini belum ada kepustakaan yang menjelaskan tentang sistematika Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall secara urut mulai tingkatan takson yang tertinggi sampai dengan tingkatan yang terendah (tingkat spesies). Namun demikian, sistematika Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall menurut Storer, TI., dan Usinger, RL., dalam Aini (1991) adalah sebagai berikut:
phylum : Arthropoda
kelas : Insecta
anak kelas : Pterygota
bangsa : Diptera
anak bangsa : Clyclorrhapa
suku : Drosophilidae
marga : Drosophila
anak marga : Sophophora Sturtevant
jenis : Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall
Maka, untuk sistematika taksonomi D. simulans yang hanya berbeda pada tingkat spesies dengan D. ananassae adalah sebagai berikut:
phylum : Arthropoda
kelas : Insecta
anak kelas : Pterygota
bangsa : Diptera
anak bangsa : Clyclorrhapa
suku : Drosophilidae
marga : Drosophila
anak marga : Sophophora Sturtevant
jenis : Drosophila (Sophophora) simulans Sturtevant
Drosophila tangkapan dari daerah Ponorogo dan Jombang setelah diamati dan diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Bock (1976), tampak mempunyai ciri-ciri yang sama persis. Hal ini menunjukkan bahwa Drosophila dari Ponorogo dan Jombang termasuk dalam satu spesies yaitu Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall. Ciri-ciri yang dimiliki oleh Drosophila tangkapan dari Ponorogo dan Jombang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Warna mata faset merah
b. Warna tubuh coklat kekuningan
c. Tubuh agak bongkok (melengkung ke arah ventral)
d. Oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama
e. Memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam
f. Pipi sangat sempit
g. Memiliki abdomen yang terdiri dari 4 segmen
h. Abdomen tidak gelap dan ujung abdomen tampak pucat
i. Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
j. Garis-garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya
k. Ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
l. Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian metatarsus yang terdiri atas 5 deret bristel dan pada segmen tarsal II kaki depan berjumlah 3 deret yang tersusun secara transversal
m. Femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb
n. Memiliki sayap yang panjangnya melebihi panjang tubuh.
Drosophila tangkapan dari daerah Malang setelah diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Bock (1976), termasuk dalam spesies Drosophila (Sophophora) simulans Sturtevant. Hal ini berdasar ciri-ciri yang telah kami amati yaitu sebagai berikut:
a. Warna mata faset merah
b. Warna tubuh coklat kekuningan
c. Ujung abdomen lalat jantan berwarna hitam
d. Vibrissae tunggal
e. Oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama
f. Memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam
g. Pipi sangat sempit
h. Diameter mata besar
i. Warna abdomen kuning pucat dengan 5 segmen
j. Garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya, sangat tipis
k. Garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan
l. Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian bawah metatarsus yang terdiri 1 deret bristel dan pada segmen tarsal II tanpa bristel tambahan
m. Sex comb tersusun secara transversal dan miring
n. Femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb
o. Ujung abdomen ada Drosophila jantan terdapat kait seks
p. Ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
Untuk membedakan antara Drosophila jantan dan betina, terdapat beberapa ciri khusus yang dimiliki oleh individu jantan dan betina. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Pada Drosophila jantan, memiliki sisir kelamin atau sex-comb yang terletak pada bagian tarsus dan metatarsus. Sedangkan Drosophila betina pada bagian tarsus dan metatarsus tidak terdapat bentukan seperti sisir (sex-comb), tetapi hanya terdapat rambut-rambut halus.
2. Pada Drosophila betina bagian ujung posterior abdomen terdapat tonjolan yang disebut ovopositor, sedangkan pada Drosophila jantan ujung posterior abdomennya tampak tumpul. Pada jantan bagian posterior abdomennya, di dekat lengkung genital terdapat kait seks yang berfungsi sebagai alat kopulasi (Aini, 1992)
Penyebaran kedua jenis Drosophila tersebut bersifat kosmopolit dan tersebar luas di daerah tropik dan seringkali ditemukan di daerah pemukiman (Aini, 1992). Tipe-tipe Drosophila hasil tangkapan di tiga daerah ini merupakan Drosophila tipe lokal yang dapat digolongkan ke dalam tipe liar (wild type), dan bukan tipe mutan. Hal ini dikarenakan fenotip yang dimiliki Drosophila hasil tangkapan tidak menyimpang dari standart ”normal”. Menurut Aini (1991), penyebutan atas tipe liar didasarkan pada fenotip sebagai hasil dari ekspresi gen-gen, sedangkan tipe (jenis) lokal didasarkan pada lokasi dimana suatu organisme (jenis Drosophila) dapat ditemukan. Tipe lokal adalah suatu organisme (jenis Drosophila) yang dapat ditemukan di suatu lokasi tertentu (Aini, 1991). Tipe liar merupakan macam organisme yang ditemukan di alam (di keadaan liar), adapun fenotip tipe liar ini dianggap sebagai standar ”normal” (Good Enough, 1988 dalam Aini, 1991).
Dalam penelitian identifikasi Drosophila tangkapan ini, dilakukan pemurnian sebanyak tiga kali sampai mendapat generasi ke-3 (F3) dengan cara mengawinkan dengan sesama saudaranya (dalam satu spesies yang memiliki ciri-ciri fenotip sama dengan induknya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu galur murni. Galur murni adalah populasi-populasi yang merupakan turunan murni tanpa adanya variasi genetik yang berarti (Corebima, 2003). Gardner (1984) dalam Corebima (2003) menyatakan bahwa galur murni total akan terpenuhi bilamana seluruh pasangan alela berada dalam keadaan homozigot, dan galur murni total merupakan akibat yang paling jauh dari peristiwa inbreeding. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Stansfield (1983) dalam Corebima (2003) bahwa ”pembuahan sendiri atau perkawinan antara individu-individu berkerabat dekat dalam banyak generasi (inbreeding) biasanya menghasilkan suatu populasi yang homozygot pada hampir semua lokus”.
Jika perkawinan hanya terjadi antara individu-individu yang berkerabat dekat, efek genetiknya adalah peningkatan homozigositas. Laju pemantapan lokus heterozigot menjadi homozigositas dalam suatu populasi bisa sangat dipercepat dengan cara mengkombinasikan sistem penangkaran sanak kerabat dekat dengan pembatas tambahan berupa perkawinan asortatif fenotipik positif, dengan kata lain individu-individu itu harus tampak mirip (Stansfield, 2007).
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ciri-ciri morfologi Drosophila tangkapan dari daerah Ponorogo dan Jombang: warna mata faset merah, warna tubuh coklat kekuningan, tubuh agak bongkok (melengkung ke arah ventral), oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama, memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam, pipi sangat sempit, memiliki abdomen yang terdiri dari 4 segmen, abdomen tidak gelap dan ujung abdomen tampak pucat, garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan, garis-garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya, ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan, Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian metatarsus yang terdiri atas 5 deret bristel dan pada segmen tarsal II kaki depan berjumlah 3 deret yang tersusun secara transversal, femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb, dan memiliki sayap yang panjangnya melebihi panjang tubuh.
Ciri-ciri morfologi Drosophila tangkapan dari daerah Malang: warna mata faset merah, warna tubuh coklat kekuningan, ujung abdomen lalat jantan berwarna hitam, vibrissae tunggal, oral bristel kedua (bristel kedua di bagian mulut) panjangnya setengah dari oral bristel yang pertama, memiliki arista dan bristel yang berwarna hitam, pipi sangat sempit, diameter mata besar, warna abdomen kuning pucat dengan 5 segmen, garis segmen pada abdomen lebih hitam daripada warna abdomennya, sangat tipis, garis-garis (pita-pita) pada tergit abdomen bersambungan, Drosophila jantan memilki sisir kelamin atau sex comb pada bagian bawah metatarsus yang terdiri 1 deret bristel dan pada segmen tarsal II tanpa bristel tambahan, sex comb tersusun secara transversal dan miring, femur kaki depan lalat jantan tidak mempunyai femoral comb, ujung abdomen ada Drosophila jantan terdapat kait seks, dan ujung abdomen betina terdapat tonjolan yang runcing disebut ovopositor dan kadang dapat mengeluarkan cairan.
2. Spesies Drosophila yang ditemukan di daerah Ponorogo dan Jombang adalah Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall, dan Drosophila yang ditemukan di daerah Malang adalah Drosophila (Sophophora) simulans Sturtevant.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang banyak agar hasil pengidentifikasian yang dilakukan benar-benar mewakili daerah pengambilan sampel dan memperdalam pengetahuan tentang keanekaragaman Drosophila yang ada di daerah tersebut. Sebaiknya penelitian dilakukan dalam rentang waktu yang lama agar pemurnian dapat dilaksanakan dengan maksimal karena untuk mendapatkan galur murni (true breeding) tidak cukup jika hanya dilakukan persilangan sesama jenis sampai generasi ke-3 (F3). Dalam pengambilan sampel harap dipehitungkan ketinggian tempat, suhu, kelembaban, dan musim karena dimungkinkan terjadi perbedaan jenis Drosophila pada keadaan lingkungan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Dwi Arinto. 1991. Studi Tentang Jenis-jenis Drosophila di Kawasan Hutan Pantai Sendangbiru Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Pendidikan Biologi
Aini, Nurul. 1992. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Aspek-aspek Morfologi Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang
Bock, IR. 1976. Drosophilidae of Australia I. Drosophila (Insecta: Diptera). Melbourne: CSIRO
Corebima, A. D. 2003. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press
Campbell, Mitchell Reece. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga
Kimball, John W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga
Prasida, Wiwin Eka. 1995. Studi Tentang Jenis-jenis dan Sebaran Harian Drosophila di Beberapa Pasar Kotamadya Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang
Stansfield, William. 2007. Schaum’s outlines Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Warsini. 1996. Identifikasi Jenis-jenis Drosophila di Kawasan Teluk Semut Pulau Sempu Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang
Lampiran
Foto D. ananassae jantan Ponorogo Foto D. ananassae betina Ponorogo
Foto D. ananassae jantan Jombang Foto D. ananassae betina Jombang
Foto D. simulans jantan Malang Foto D. simulans betina Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar